Papua memiliki sumber daya hayati yang sangat istimewa. Dari 35 daerah hotspot biodiversitas dunia, 2 berada di Indonesia, yakni paparan Sunda (Sundaland) dan wilayah Wallacea. Pulau Papua merupakan salah satu dari lima kawasan paling liar yang belum terungkap kekayaan hayatinya. Demikian yang disampaikan oleh Prof. Dr. Purnomo, MS., dalam Kuliah Umum di Aula FMIPA Universitas Cenderawasih, Jayapura (Jumat, 12-07-2024). Walaupun demikian, menurut Prof. Dr. Endang Semiarti, M.S., kekhawatiran dapat terjadi karena seringkali ditemukan kawasan pembukaan lahan baru yang mengancam hilangnya beberapa species di dalamnya, termasuk anggrek.
Pada kesempatan tersebut, Prof. Endang menekankan pentingnya usaha konservasi anggrek spesies Papua untuk konservasi ex situ dan in situ melalui bioteknologi. Tahun 2007, jenis anggrek yang ditemukan di Papua mencapai 3.000, namun pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 2.824 jenis. Secara keseluruhan, jumlah perkiraan jenis anggrek di Indonesia mencapai 5.000 jenis, artinya bahwa Papua menempati jumlah anggrek tertinggi di Indonesia.
Pada saat yang bersamaan, Prof. Purnomo menyampaikan kuliah umum dengan judul “Spesies dan plasma nutfah dalam pemuliaan tumbuhan”. Beliau memaparkan betapa pentingnya ilmu taksonomi dalam eksplorasi sumber keragaman tumbuhan maupun hewan di Papua. Apalagi, sebagian besar keragaman hayati di Papua belum dapat diidentifikasi secara menyeluruh dari berbagai kawasan ekosistem yang ada, kata pakar Taksonomi Tumbuhan dari Fakultas Biologi UGM Yogyakarta ini.
Kuliah umum yang berlangsung di FMIPA merupakan salah satu rangkaian kegiatan kunjungan Dewan Guru Besar (DGB) UGM Yogyakarta bertajuk Professors Goes to Frontiers di Provinsi Papua (Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura) dan Provinsi Papua Selatan (Kabupaten Merauke dan Boven Digeol). Di Jayapura, para guru besar yang berjumlah 19 orang menyambangi Universitas Cenderawasih guna berdiskusi dan memberikan beberapa sumbangsih pemikiran demi kemajuan kerjasama kedua perguruan tinggi, termasuk menindaklanjuti kerjasama di bidang Tridarma Perguruan Tinggi.
Sementara itu, kuliah umum ini dihadiri oleh seluruh sivitas akademika FMIPA. Wakil Dekan I, Ibu Octolia Togibasa, M.Si., Ph.D. mewakili Dekan FMIPA dalam kesempatan tersebut menyampaikan rasa syukur dan menyambut baik kunjungan kedua guru besar tersebut. Beliau menyampaikan hubungan antara FMIPA Uncen dan UGM telah berjalan dengan baik. Kondisi ini juga berkat dukungan para alumni UGM yang mencapai 33 staf dosen di FMIPA Uncen. “Harapannya, ke depan akan terjadi peningkatan kualitas maupun kuantitas kerjasama dalam bidang tridarma perguruan tinggi”, pungkasnya (*).